Rabu, Februari 13, 2013

Ketika Agama Digadaikan Demi Kesenangan Sesaat

(oleh : al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi)

Minimnya ilmu, tipisnya iman, dan kuatnya dorongan hawa nafsu kerap kali menutup pintu hati seseorang untuk memahami hakikat kehidupan dunia yang sedang dijalaninya. Harta yang merupakan nikmat dari Allah Subhanahu wata’ala tak jarang menjadi ujian dan sebab jauhnya seseorang dari agama Islam yang suci. Padahal, agama Islam adalah bekal utama bagi seseorang dalam hidup ini. 

Dengan Islam, seseorang akan berbahagia dan terbimbing dalam menghadapi pahit getirnya kehidupan. Sebaliknya, tanpa Islam, hidup seseorang tiada berarti dan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. Anehnya, di antara manusia ada yang menggadaikan Islam -agama dan bekal utamanya- demi kesenangan dunia yang sesaat. Betapa meruginya orang itu. Dia akan menghadap Allah Subhanahu wata’ala di hari kiamat dengan tangan hampa dan terhalang dari kebahagiaan yang hakiki. 

Hakikat Kehidupan Dunia Tak bisa dimungkiri bahwa kehidupan dunia dikitari oleh keindahan dan kenikmatan (syahwat). Semuanya dijadikan indah pada pandangan manusia, sehingga setiap orang mempunyai kecondongan kepadanya sesuai dengan kadar syahwat yang menguasainya. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan sesungguhnya di sisi Allah Subhanahu wata’ala lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).
 
Allah Subhanahu wata’ala berfirman, 
 “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada segala apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).” (Ali Imran: 14) 

Namun, betapa pun menyenangkan kehidupan dunia itu, sungguh ia adalah kehidupan yang fana. Semuanya bersifat sementara. Tiada makhluk yang hidup padanya melainkan akan meninggalkannya. Tiada pula harta yang ditimbun melainkan akan berpisah dengan pemiliknya. Keindahan dunia yang memesona dan kenikmatannya yang menyenangkan itu pasti sirna di kala Allah Subhanahu wata’ala menghendakinya. 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

 “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah diantara kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur, dan diakhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadid: 20) 

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanam-tanaman bumi dengan suburnya karena air itu, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (dapat memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami diwaktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.” (Yunus: 24) 

Sudah sepatutnya setiap pribadi muslim memahami hakikat kehidupan dunia, agar tidak salah jalan dalam menempuhnya. Lebih-lebih, dunia bukanlah akhir seorang hamba dalam menuju Rabb-nya. Masih ada dua fase kehidupan berikutnya: kehidupan di alam kubur (barzakh) dan kehidupan di alam akhirat. Di alam kubur (barzakh), setiap orang akan mendapatkan nikmat kubur atau azab kubur, sesuai dengan perhitungan amalnya di sisi Allah Subhanahu wata’ala. Setelah itu, di alam akhirat, masing-masing akan menghadap Allah Subhanahu wata’ala seorang diri, mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang dikerjakannya selama hidup di dunia, dan akan mendapatkan balasan yang setimpal (dari Allah Subhanahu wata’ala) atas segala apa yang diperbuatnya itu. 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman, 
“Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja (berbuat) dengan penuh kesungguhan menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang dilakukan).” (al-Insyiqaq: 6) 

 “Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah (semut kecil) pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejelekan seberat zarrah (semut kecil) pun, niscaya dia akan melihat balasannya.” (az-Zalzalah: 7-8) 

Tiada Hidup Tanpa Agama Islam 

Demikianlah kehidupan dunia dengan segala liku-likunya. Kehidupan yang bersifat sementara, namun sangat menentukan bagi dua kehidupan berikutnya; di alam kubur (barzah) dan di alam akhirat. Sebab, segala perhitungan yang terjadi pada dua kehidupan tersebut sangat bergantung pada amal dan bekal yang telah dipersiapkan oleh setiap hamba pada kehidupan dunianya. Maka dari itu, tiada bekal yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan hakiki pada dua kehidupan tersebut selain agama Islam, yang terangkum dalam takwa, iman, dan amal saleh. 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa….” (al- Baqarah: 197) 

“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl: 97)

Betapa pentingnya peran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam kehidupan ini. Agama satu-satunya yang sempurna dan diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala. Betapa bahagianya orang yang dikaruniai keteguhan (istiqamah) di atas agama Islam yang mulia; dengan berupaya memahaminya sesuai dengan pemahaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, serta menjadikannya sebagai pedoman dalam hidupnya. Sebaliknya, betapa celakanya orang yang mencari selain agama Islam sebagai bekal hidupnya. Segala upayanya tidak diterima di sisi Allah Subhanahu wata’ala, dan di akhirat kelak termasuk orang-orang yang merugi. 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman, 
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imran: 85) 

Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan kita apabila Allah Subhanahu wata’ala mengingatkan orang-orang yang beriman agar berpegang teguh dengan agama yang mulia ini dan meninggal dunia sebagai pemeluknya.

 Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali meninggal dunia melainkan sebagai pemeluk agama Islam.” (Ali Imran: 102) 

Mengapa Harus Menggadaikan Agama? 

Kehidupan dunia adalah medan tempaan dan ujian (darul ibtila’) bagi setiap hamba yang menjalaninya. Masing-masing akan mendapatkan ujian dari Allah Subhanahu wata’ala sesuai dengan kadar keimanannya. Terkadang dalam bentuk keburukan dan terkadang pula dalam bentuk kebaikan (kenikmatan). 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (al-Anbiya’: 35)

Ujian dalam bentuk keburukan bermacam-macam. Adakalanya berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta (kemiskinan), kekurangan jiwa (wafatnya orang-orang yang dicintai), kekurangan buah-buahan (bahan makanan), dan yang semisalnya.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Sungguh akan Kami berikan ujian kepada kalian, dalam bentuk sedikit dari ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepadaorang-orang yang bersabar.” (al-Baqarah: 155) 

Ujian dalam bentuk kebaikan juga bermacam-macam. Adakalanya berupa kenikmatan, harta, anak-anak, kedudukan, dan yang semisalnya. 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Ketahuilah, sesungguhnya harta dan anak-anak kalian itu (sebagai) ujian, dan di sisi Allahlah pahala yang besar.” (al-Anfal: 28) 

Beragam ujian itu diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada para hamba tiada lain agar tampak jelas di antara para hamba tersebut siapa yang jujur dalam keimanannya dan siapa pula yang berdusta, siapa yang selalu berkeluh kesah dan siapa pula yang bersabar. Demikianlah, Allah Subhanahu wata’ala Dzat Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana menghendakinya. 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Alif Laam Miim, apakah manusia mengira untuk dibiarkan berkata, ‘Kami telah beriman’ sedangkan mereka tidak diberi ujian? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang jujur dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-Ankabut: 1-3)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan bahwa Dia akan memberikan beragam ujian kepada para hamba-Nya, agar tampak jelas (di antara para hamba tersebut) siapa yang jujur (dalam keimanannya) dan siapa pula yang berdusta, siapa yang selalu berkeluh kesah, dan siapa pula yang bersabar. Demikianlah sunnatullah. Sebab, manakala keadaan suka semata yang selalu mengiringi orang yang beriman tanpa adanya tempaan dan ujian, maka akan muncul ketidakjelasan (militansi/semangat keislamannya, -pen.), dan ini tentu saja bukanlah suatu hal yang positif. Sementara itu, hikmah Allah Subhanahu wata’ala menghendaki adanya sinyal pembeda antara orang-orang yang baik (ahlul khair) dan orang-orang yang jahat (ahlusy syar). Itulah fungsi tempaan dan ujian, bukan untuk memupus keimanan orang-orang yang beriman, bukan pula untuk menjadikan mereka lari dari Islam. Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala tidak akan menyia-nyiakan keimanan orang-orang yang beriman.”(Taisirul Karimirrahman, hlm. 58) 

Berbahagialah orang-orang yang diberi taufik dan hidayah oleh Allah Subhanahu wata’ala saat ujian tiba. Manakala ujian keburukan yang tiba, dia hadapi dengan penuh kesabaran. Manakala ujian kebaikan, dihadapinya dengan penuh syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala. Adapun orang-orang yang tidak diberi taufik dan hidayah oleh Allah Subhanahu wata’ala saat ujian tiba, agama menjadi taruhannya. Iman dan Islam yang merupakan modal utama dalam hidup ini digadaikannya demi kesenangan sesaat. 

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 
“Bergegaslah kalian untuk beramal, (karena akan datang) ujian-ujian ibarat potongan-potongan malam yang gelap. (Disebabkan ujian tersebut) di pagi hari seseorang dalam keadaan beriman dan sore harinya dalam keadaan kafir, di sore hari dalam keadaan beriman dan keesokan harinya dalam keadaan kafir. Dia menjual agamanya dengan sesuatu dari (gemerlapnya) dunia ini.” (HR. Muslim no. 118 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) 

Hadits di atas mencakup seluruh pribadi umat ini, baik yang miskin maupun yang kaya. Yang miskin menjual agamanya dan menggadaikan imannya, karena tak sabar akan ujian kekurangan (kemiskinan) yang dideritanya. Cukup banyak contoh kasusnya di masyarakat kita. Terkadang dengan iming-iming jabatan, terkadang dengan pemberian modal usaha atau pinjaman lunak, terkadang dengan pemberian rumah atau tempat tinggal, terkadang dengan pembagian sembako, bahkan terkadang hanya dengan beberapa bungkus mi instan. Adapun yang kaya, dia menjual agamanya dan menggadaikan imannya karena kesombongan dan hawa nafsunya. Ia tidak mau mensyukuri karunia Allah Subhanahu wata’ala yang diberikan kepadanya. Bahkan, ia merasa bahwa semua itu berkat kepandaian dan jerih payahnya semata. Ingatkah Anda tentang kisah Qarun, seorang hartawan dari Bani Israil (anak paman Nabi Musa ‘alaihis salam) yang menggadaikan agama dan imannya karena kesombongan dan hawa nafsunya? 

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“Sesungguhnya Qarun termasuk dari kaum Nabi Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah karuniakan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah engkau terlalu bangga diri (sombong), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri (sombong). Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.’ Qarun pun menjawab, ‘Sesungguhnya aku dikaruniai harta tersebut dikarenakan ilmu (kepandaian)-ku.’ Tidakkah Qarun tahu, sungguh Allah telah membinasakan umat-umat sebelum dia yang jauh lebih kuat darinya dan lebih banyak dalam mengumpulkan harta? Dan tak perlu dipertanyakan lagi orang-orang jahat itu tentang dosa-dosa mereka. Maka (suatu hari) tampillah Qarun di tengah-tengah kaumnya dengan segala kemegahannya, lalu berkatalah orang-orang yang tertipu oleh kehidupan dunia‘ ,Duhai kiranya kami dikaruniai (harta) seperti Qarun, sungguh dia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.’ Adapun orang-orang yang berilmu, mereka mengatakan, ‘Celakalah kalian, sesungguhnya karunia Allah Subhanahu wata’ala itu lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, namun tidaklah pahala itu diperoleh kecuali oleh orang-orang yang sabar’.” (al-Qashash: 76-80) 

Al-Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, 
“Allah Subhanahu wata’ala menerangkan (dalam ayat-ayat tersebut, -pen.) bahwa Qarun telah diberi perbendaharaan harta yang amat banyak hingga ia lupa diri, dan semuayang dimilikinya itu ternyata tidak mampu menyelamatkannya dari azab Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana yang telah dialami (sebelumnya, -pen.) oleh Fir’aun.” (Tafsir al-Qurthubi) Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan ayat ke-77 dari surat al-Qashash tersebut, mengatakan, “Pergunakanlah apa yang telah dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepadamu, yaitu harta yang banyak dan nikmat yang tak terhingga itu, untuk ketaatan kepada Rabb-mu dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan beragam amal saleh, yang diharapkan dengannya mendapatkan pahala, baik di dunia maupun di akhirat. (Janganlah kamu melupakan bagianmu dari [kenikmatan] duniawi, -pen.) yang Allah Subhanahu wata’ala halalkan bagimu, yaitu makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan menikahi wanita. 

Menjadi keharusan bagimu untuk menunaikan hak Rabb-mu, hak dirimu, keluargamu, dan orang-orang yang mengunjungimu. Tunaikanlah haknya masing-masing. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Subhanahu wata’ala telah berbuat baik kepadamu. Janganlah kamu berambisi dengan kekayaan yang ada untuk berbuat kerusakan di (muka) bumi dan berbuat kejahatan kepada sesama. Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Tafsir Ibnu Katsir) 

Dari paparan di atas, jelaslah bagi kita bahwa siapa pun yang menjalani kehidupan dunia ini pasti akan menghadapi berbagai ujian. Saat itulah seseorang akan mengalami pergolakan dan perseteruan dalam jiwanya. Hasilnya akhirnya, apakah bisa istiqamah di atas iman dan Islam, ataukah ia justru menggadaikannya demi kesenangan sesaat. Maka dari itu, ketika ujian itu tiba, tiada kata yang indah yang patut diucapkan selain dzikrullah (berzikir dengan mengingat Allah Subhanahu wata’ala), karena dengan zikrullah hati akan menjadi tenteram sehingga dimudahkan untuk memilih jalan kebenaran. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (zikrullah). Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (ar-Ra’d: 28) 

Demikian pula, tiada perbuatan yang paling berguna bagi keselamatan diri ini selain kesungguhan dalam beramal saleh (termasuk menuntut ilmu agama), sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas. Lebih dari itu, peran doa sangat penting dalam membantu keistiqamahan seseorang di atas iman dan Islam, kokoh di atas agama Allah Subhanahu wata’ala dan tak mudah menggadaikannya demi kesenangan sesaat. 

Di antara doa yang diajarkan oleh Allah Subhanahuwata’ala dalam al-Qur’an adalah, “Tunjukilah kami jalan yang lurus!” (al-Fatihah: 6) “Wahai Rabb kami, Janganlah Engkau sesatkan hati-hati kami setelah Engkau beri kami hidayah dan karuniakanlah kepada kami kasih sayang dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pemberi.” (Ali Imran: 8) Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam juga selalu berdoa, “Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku ini diatas agama-Mu.” (HR. Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah no. 232 dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Zhilalul Jannah) Akhir kata, semoga taufik dan hidayah Allah Subhanahu wata’ala selalu mengiringi kita dalam kehidupan dunia ini, sehingga dapat istiqamah di atas agama-Nya yang mulia serta berpijak di atas manhaj Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Dengan satu harapan, mendapatkan kesudahan terbaik dalam hidup ini (husnul khatimah) dan dimasukkan ke dalam Jannah-Nya yang dipenuhi dengan kenikmatan. Amin.

Jumat, Februari 24, 2012

Tausiyah Aa Gym

Orang yang paling mulia diantara manusia adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan paling siap menghadapinya dengan bekal amal shalih. ( KH. Abdullah Gymnastiar )

"Boleh jadi Allah mengabulkan harapan kita dengan tak memberi apa yang kita inginkan karena Dia Maha Tahu bahaya yang akan menimpa dibalik keinginan kita" (Aa Gym)

"Semakin ingin menunjukan diri kita agar diakui, dihormati, maka semakin tertekan, tegang dan melelahkan bathin, dan biasanya makin tak disukai." (Aa Gym)

"Menata Hati dengan Kelembutan Cinta. " (Aa Gym)

"Tak jujur adalah penjara, yang membuat diri dicekam takut terbongkar, mudah untuk berdusta, nikmat apapun tak akan ternikmati, maka jujur adalah hidup merdeka." (Aa Gym)

"Hati yang bersih akan peka terhadap ilmu, apapun yang dilihat, didengar, dirasakan jadi samudera ilmu yang membuatnya kian bijak, arif dan tepat dalam menyikapi hidup ini" (Aa Gym)

"Yang penting bagi pimpinan bukan memaksa anggotanya menaati kepada perintahnya, tapi membuat paham apa yang terbaik yang harus dilakukannya dengan penuh kesadaran." (Aa Gym)

"Sikap emosional merupakan ciri belum terampil mengendalikan diri. Bagaimana mungkin dapat mengendalikan orang lain dengan baik, bila diri sendiri kurang terkendali." (Aa Gym)

"Komentar spontan kita mungkin hanya satu patah kata, tapi bisa melukai hati dan menimbulkan kebencian mendalam, oleh karena itu waspadalah walau hanya sepatah kata" (Aa Gym)

"Mustahil semua orang akan menyukai kita -- walau kita berbuat baik semaksimal mungkin. Tak usah aneh dan kecewa, terus saja berbuat yang terbaik, karena itulah yang kembali kepada kita. (Aa Gym)

"Keberanian untuk mengatakan tak tahu untuk yang tak diketahuinya jauh akan lebih menenangkan dan dihormati daripada selalu ingin kelihatan serba tahu atau sok tahu" (Aa Gym)

"Melawan kemarahan dengan kemarahan lebih banyak menimbulkan masalah baru. Ketenangan, kejernihan dan sikap yang terkendali, insya Allah akan lebih menjadi solusi" (Aa Gym)

"Hati manusia berubah-ubah, sekarang marah mungkin besok lusa sudah reda bahkan mungkin lebih sayang kepada kita, oleh karena itu jangan mendendam atau benci ber-kepanjangan." (Aa Gym)

"Akan ada saat hati menjadi sedih dan gelisah. Jangan biarkan larut dan mencuri hidup kita, bangkitlah, sibuklah, bergaulah dengan orang yang manfaat dan banyaklah berzikir."(Aa Gym)

"Berani hidup harus berani menghadapi masalah, jangan takut dan jangan gentar, hadapi dengan benar dan tawakal, karena setiap masalah sudah diukur Allah sesuai kemampuan kita." (Aa Gym)

"Konflik biasanya terjadi karena saya benar dan kamu salah, berilah kesempatan hati mengatakan kita benar dan diapun boleh jadi benar, Insya Allah akan mudah cari solusi."(Aa Gym)

"Adakalanya Allah memberi dengan tak mengabulkan keinginan kita, karena hanya Dia yang tahu mudharatnya bila keinginan kita terpenuhi." (Aa Gym)

"Bila kita dongkol dan tak menyukai pemarah, maka berjuanglah sekuat tenaga untuk tak jadi pemarah, karena bila sama-sama pemarah maka kita sama-sama tak disukai." (Aa Gym)

"Dimana ada keinginan disana ada jalan, dimana tekad kian membaja rintangan tak akan jadi penghalang, kesuksesan kian menjelang." (Aa Gym)

"Kita tak memiliki apapun dan tak dimiliki siapapun selain milik Allah. Hidup di dunia hanyalah mampir sejenak, mencari bekal untuk pulang dan menanti saat maut menjemput." (Aa Gym)

"Kunci sukses adalah kegigihan untuk memperbaiki diri, dan kesungguhan untuk mempersembahkan yang terbaik dari hidup ini." (Aa Gym)

"Kebiasaan melemparkan kesalahan dan tanggungjawab kepada orang lain, selain akan menambah masalah, juga akan menjatuhkan kredibilitas, dan menghilangkan kepercayaan." (Aa Gym)

"Orang yang sedikit pengetahuan, wawasan dan pengalaman, seperti yang terbelenggu dan dipenjara oleh keterbatasannya, hidup tak akan leluasa dan sulit untuk berbahagia." (Aa Gym)

"Hidup jauh lebih indah, aman dan menyenangkan bila saling menyayangi, namun kasih sayang tak akan datang dengan diminta, kasih sayang akan datang bila kita yang memberi."(Aa Gym)

"Alangkah nikmatnya jadi pemaaf, batin tenang dan lapang, urusan menjadi mudah dan tuntas, hidup bahagia dan mulia serta dicintai dan dihormati orang." (Aa Gym)

"Siapapun yang merindukan sukses, maka harus bertanya pada dirinya seberapa jauh dan sungguh-sungguh untuk berjuang, karena tiada kesuksesan tanpa perjuangan."(Aa Gym)

"Barangsiapa yang selalu siap dan melatih diri untuk menghadapi situasi sulit, maka dia akan menghadapi kesulitan dengan tenang dan mudah." (Aa Gym)

"Kritik yang didasari kedengkian akan cenderung menyakiti, menghina, mencaci, dan hasilnya bukan perubahan melainkan kebencian dan permusuhan."(Aa Gym)

"Jadikanlah kebahagiaan teman kita menjadi kebahagiaan kita. Ikutlah merasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepadanya, niscaya hidup ini lebih indah dan mulia." (Aa Gym)

"Air yang lembut bisa mempersatukan bahan besi, semen, kerikil, pasir sehingga menjadi beton yang kokoh. Memang kelembutan hatilah yang akan bisa mempersatukan." (Aa Gym)

"Hanya orang yang tahu batas, dan disiplin dengan bataslah yang menikmati hidup, karena orang yang tak tahu batas dan berlebihan akan menimbulkan masalah." (Aa Gym)

"Pemimpin yang bijak, tak perlu kelihatan serba ahli menyelesaikan masalah, tapi justru memberi peluang anggotanya untuk kian terampil dan percaya diri dalam mengatasai masalah." (Aa Gym)

"Jangan takut menjadi tua, karena pasti menua. Tapi takutlah tak menjadi dewasa, karena kedewasaan sikaplah yang menjadi jalan kebahagiaan dan kemuliaan." (Aa Gym)

"Kekuatan seorang pemimpin sejati adalah kemampuan mengendalikan diri. Bagaimana mungkin memimpin orang lain dengan baik, bila memimpin diri tak sanggup." (Aa Gym)

"Ingatlah seseorang akan bersegera, memprioritaskan dan bersungguh-sungguh terhadap hal yang dianggapnya penting dan menguntungkan bagi dirinya, tapi tak melakukan untuk yang sebaliknya." (Aa Gym)

"Tak perlu menjawab penghinaan dengan penghinaan lagi, cukup jawablah dengan evaluasi diri, gigih memperbaiki diri, dan beri bukti yang tak terpungkiri." (Aa Gym)

"Jangan remehkan kesalahan sekecil apapun, karena boleh jadi yang kecil itulah yang menjadi awal malapetaka. Ketahuilah, kesalahan besar diawali terbiasa meremehkan kesalahan kecil." (Aa Gym)

"Hentikanlah kebiasaan memotong pembicaraan orang, apalagi dengan memberi komentar yang tak enak, selain membuat suasana menjadi tegang, jadi menyakitkan dan menimbulkan permusuhan." (Aa Gym)

"Hati-hati bila bergurau, bila berlebihan pasti akan menjadi masalah. Selain turunnya wibawa juga akan cenderung mudah berbohong dan menyakiti orang lain." (Aa Gym)

Kamis, Desember 09, 2010

Korupsi Rampas Hak Anak Bangsa untuk Pintar

REPUBLIKA.CO.ID, Bandung, 8/12 (ANTARA) - Puluhan aktivis dari Front Perjuangan Rakyat (FPR) berunjuk rasa menuntut penuntasan berbagai kasus korupsi dan meminta pemerintah tidak tebang pilih dalam memberantas kasus itu. "Korupsi telah merampas hak rakyat untuk sejahtera dan merampas hak anak bangsa untuk pintar. Pengabaian pemerintah terhadap korupsi adalah pelanggaran HAM," kata Koordinator Aksi Front Perjuangan Rakyat, Andi Nurroni di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (8/12).

Menurut Nuroni, korupsi merupakan persoalan penting yang memiliki dampak signifikan terhadap problem kesejahteraan maupun kebudayaan rakyat. Pada kesempatan itu, para aktivis mendesak pemerintah dalam hal ini lembaga penegak hukum untuk menuntaskan kasus Bank Century, penggelapan pajak serta penuntasan kasus-kasus besar yang masih terkatung-katung seperti kasus BLBI, kasus Bappindo dan kasus lainnya. "Pemerintah harus membuktikan kepada rakyat hasil perang terhadap korupsi," katanya.

Dalam kesempatan itu, parta aktivis menyampaian delapan butir tuntutannya yakni usut tuntas korupsi di Indonesia, penegakan supremasi hukum, tolak revisi UU ketenagakerjaan, jalankan reformasi agraria, hentikan komersialisasi pendidikan, menuntut jaminan lapangan pekerjaan bagi pemuda, peningkatan perlindungan TKI dan menuntut penghentian perampasan tanah upah dan tanah rakyat.

Aksi yang digelar di depan pintu gerbang kantor Gubernur Jawa Barat itu berlangsung sekitar satu jam mulai pukul 11.00 WIB di bawah pengamanan dari aparat kepolisian yang berjaga-jaga di sekitat pintu masuk kompleks perkantoran Pemprov dan DPRD Jabar itu.

Selasa, Maret 09, 2010

Sekolah Kejujuran

Saya dibesarkan di sekolah menengah umum yang mengutamakan kejujuran dalam segala aspek. Sekolah kami adalah rintisan pertama di negeri ini yang membina potensi umat Islam yang luar biasa besar dengan cara menggabungkan dua aspek besar pendidikan. Dua hal tersebut adalah materi pendidikan umum dan materi pendidikan yang diadopsi dari ribuan pesantren yang sudah ada ratusan tahun sebelumnya.

Pendiri sekolah kami memiliki visi yang jauh ke depan, yakni dengan latar belakang jumlah ummat islam yang sangat banyak, tetapi kualitasnya masih dianggap minor. Beliau melihat, perlunya dilakukan pembenahan dari kualitas pendidikan yang sudah ada selama ini.

Dus, akhirnya sekolah sudah digulirkan. Dengan bermodal koneksi jaringan ke seluruh pesantren yang ada di neger ini, proses penerimaan murid baru, murid pioneer dilakukan. yang diawali dengan menyebarkan informasi ke pesantren-pesantren, sekitar setengah tahun sebelum rencana tahun ajaran baru. Kami, yang menjadi salah satu santri pesantren di jawa tengah sangat tertarik dengan program ini da berlomba-lomba mendaftar. Setelah melalui serangkaian tes, Alhamdulillah diterima. Dan tahun ajaran baru 1996 kami sudah mulai dididik.

Aspek kejujuran yang ditanamkan di sini betul-betul mencakup segala hal. Di bulan-bulan awal, sebagai remaja yang kurang menerima jatah buah-buahan, dengan nekat mengambil lebih, karena berasumsi pasti ada lebihan dari katering. Ternyata, setelah di akhir jam makan ada beberapa teman yang belum mendapatkan semangka tersebut. Usut punya usut, ada di antara kami termasuk saya, megambil jatah semangka lebih dari satu. Padahal jatah katering sudah pas sesuai siswa. Vonis hukuman pertama ahirnya jatuh. Di kesempatan berikutnya khususnya saya, tidak lagi mengulangi hal-hal tercela tersebut.

Setelah kompleks sekolah jadi, kami para siswa dimigrasi ke lokasi seharusnya. Semakin kompleks permasalahan yang terkait dengan kejujuran ini terjadi. Intinya adalah berani mengakui dan menerima konsekuensi terhadap tindakan-tindakan tercela. Contohnya, jika terlambat sholat berjama’ah di masjid, masing-masing dari kami sudah tahu dan sadar akan hukumannya, di antaranya keliling kompleks sekolah beberapa putaran sesuai dengan banyaknya rakaat yang tertinggal. Alhamdulillah kami semua berkomitmen sepenuh hati menjalaninya. Jujur, bagi saya, model hukuman ini tidak seberapa dibandingkan pada waktu di pesantren sebelumnya (Madrasah Tsanawiyah) yang banyak hukuman fisik terjadi.

Untuk kehidupan akademik di sekolah yang nyaris 24 jam karena tinggal di asrama juga demikian. Sedari awal sudah ditekankan bahwa perbuatan curang seperti mencontek adalah terlarang dan konsekuensinya adalah nilai nol atau bahkan dikeluarkan dari sekolah. Para guru cukup ringan dan tidak stres dalam mengawasi keberlangsungan akademik di sekolah. Bahkan setiap kali diadakan ulangan atau ujian, guru hanya hadir saat memberikan soal di awal dan ketika ujian sudah selesai. Ini dilakukan tanpa adanya kekhawatiran adanya kecurangan akademik yang kami lakukan. Begitu pula guru-guru pengawas dari sekolah lain yang mengawasi dalam beberapa kesempatan ujian.

Nilai minusnya adalah, raport kami selalu di bawah rata-rata raport dari sekolah lain. Harap maklum, standar soal agak berat dan tidak mencontek, serta tidak ada bantuan mengangkat nilai. Maka bisa dikatakan generasi awal kami tidak ada satupun yang masuk kuliah dengan jalur PSB / PMDK.

Di koperasi yang menyediakan kebutuhan jajanan para siswa juga demikian, tidak ada seorangpun penjaga. Daftar barang beserta harganya sudah tertera dengan jelas. Uang pembelian diletakkan di laci kotak uang, dan para pembeli dipersilahkan membayar, menaruh uang, dan mengambil uang kembalian sendiri dari tempatnya yang tidak pernah dikunci. Untuk memonitor stok barang pembeli wajib menuliskan pembelian serta harga barang tersebut. Kisruh yang terjadi malahan bukan kekurangan uang karena pembeli tidak membayar, tetapi karena uang berlebih akibat tidak adanya kembalian. Hal itu berlangsung hingga saat ini, yang notabene sudah sekitar 13 tahun sejak sekolah kami beroperasi.

Bagaimana dengan nasib kami, apakah kejujuran membuat tidak mampu bersaing di tataran Indonesia dan kami menjadi terpinggirkan ? Alhamdulillah justru sebaliknya. Pada pemeringkatan hasil Ebtanas 98, di tingkat jabar dan dki sudah bisa menempati urutan 5 besar IPA. Selanjutnya, 99 juga demikian, malah dengan adanya kelas IPS peringkatnya semakin memuncak menjadi tiga besar. Dan yang patut disyukuri, tahun-tahun berikutnya tradisi lima besar itu sudah biasa, meski sulit untuk mempertahankannya. Bahkan beberapa adik kelas kami cukup piawai di Olimpiade Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, dan Komputer yang dibuktikan dengan medali (emas, perak dan perunggu) dalam event intenasional.

Setelah lulus dari sana, teman-teman kami mayoritas melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri yang menjadi impian banyak teman-teman di negeri ini. Hingga saat ini statistik mencatat di ITB berada di kisaran 25 % dari total alumni, peringkat berikutnya di UI sekitar 20 %, UGM, UNAIR, STAN, UNS, UNDIP, dan beberapa perguran tinggi lain termasuk yang di manca negara.

Alhamduillah, setelah luluspun, prestasi teman-teman cukup berwarna-warni, termasuk bidang kerja dan usaha yang dijalani. Dua generasi pertama mayoritas (30-an persen) bekerja di bidang yang berkaitan dengan keuangan. Ada BPK, BI, Depkeu dan Pajak. Yang di bidang lain juga banyak, perusahaan yang bonafid bidang engineering, maintenance, IT, dosen, guru, PNS di beberapa departemen, dokter, serta beberapa sudah menjalankan usaha.

Kini, format sekolah kami sudah banyak diadopsi sekolah-sekolah lain di seantero negeri. Hampir tiap propinsi sudah memiliki sekolah semacam ini. Kami berharap contoh kecil dalam hal kejujuran yang diterapkan bisa tersebar luas ke seluruh penjuru negeri, menjernihkan suasana bangsa kita yang sudah sangat keruh tercemar limbah keserakahan, mental maling, dan mental menang sendiri, paling tidak hasilnya bisa kita harapkan dalam beberapa tahun ke depan, setelah generasi penyubur korupsi sirna.
Nama sekolah kami adalah Insan Cendekia. (SON)
Dikisahkan oleh : Muh. Ari Mukhlason

Kamis, Februari 04, 2010

HUKUM MERAYAKAN VALENTINE’S DAYS


Sumber: Harian Umum Pikiran Rakyat Hari/Tanggal: Kamis, 12 Februari 2004

VALENTINE'S DAYS atau hari kasih sayang adalah sebuah tradisi bagi kaum muda mudi yang biasa diperingati setiap tanggal 14 Februari di berbagai negara yang secara realitanya bukan hanya remaja dan ABG (Anak Baru Gede) saja, tapi mereka yang sudah berkeluarga pun ikut memeriahkannya dengan berbagai cara serta keunikan tersendiri dalam mengungkapkan sebuah arti kasih sayang.

Dengan berlabelkan Cinta, Valentine's Days (baca VD) kian membudaya di Indonesia entah sejak kapan asal muasal VD datang dan dimeriahkan di negeri ini, yang jelas VD adalah sebuah prodak Eropa beberapa abad lalu yang kemudian diikuti oleh sebagian rakyat Indonesia.

Banyak versi yang menerangkan asal muasal VD. Versi Pertama, VD adalah sebuah tanggal untuk mengenang tokoh Kristen bernama Santa Valentine yang tewas sebagai martir, ia hukum mati dengan cara dipukuli dan dipenggal kepalanya pada tanggal 14 Februari 270 M oleh Kaisar Romawi yaitu Raja Cladius II (268-270). Versi Kedua, VD adalah sebuah tanggal untuk untuk menghormati Dewi Juno yang dikenal dengan Dewi perempuan dan perkawinan, adalah suatu kepercaayaan bangsa Romawi Kuno bahwa Dewi Juno adalah Ratu dari Dewa dan Dewi bangsa Romawi. Kemudian diikuti oleh hari sesudahnya yaitu tanggal 15 Februari sebagai Perayaan Lupercalia yakni sebuah upacara pensucian serta memohon perlindungan kepada Dewa Lupercalia dari gangguan Srigala dan ganguan-ganguan lainnya. Versi Ketiga, Ken Sweiger dalam artikel "Should Biblical Christian Observe It?" mengatakan bahwa kata "Valentine" adalah berasal dari kata Latin yang memiliki arti : "Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa" yang ditujukan kepada Tuhan orang Romawi yaitu Nimrod dan Lupercus. Nah sekarang coba anda fikirkan apabila anda mengatakan "to be my Valentine" ini berarti anda memintanya menjadi "Sang Maha Kuasa" sesuatu yang sangat berlebihan sekali.

Apabila kita perhatikan beberapa versi di diatas, sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan hari kasih sayang, namun hanya sebagai penghormatan belaka. Apalagi di zaman sekarang dengan datangnya VD banyak orang yang memanfaatkannya dengan membuat produk-produk yang bernuansa Valentine, sebagai tanda kasih sayang yang dipersembahkan kepada sang kekasih, teman dan sebagainya, yang mengekor budaya barat dan tidak tahu asal muasalnya. Umumnya mereka saling mengucapkan "Selamat Hari Valentine", mengirim bunga dan kartu Valentine's Days, ada juga yang saling mencurahkan isi hati, bahkan menyatakan cinta dan kasih sayangnya yang mereka anggap "Inilah Hari Kasih Sayang". Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (H.R. Tirmidzi)
Kasih Sayang dalam Islam

Firman Allah swt.: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paing bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal." (Q.S. al-Hujurat:13).
Sebenarnya dalam Islam tidak mengenal Hari Kasih Sayang, kasih sayang dalam Islam terhadap sesama tidaklah terbatas dengan waktu dan dimanapun berada, baik untuk keluarga, kerabat, dan sahabat yang semuanya masih dalam koridor-koridor agama Islam itu sendiri. Nabi Saw., bersabda : "Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri." (H.R. Bukhari). Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap umat manusia. Rasulullah saw. bersabda : "Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap sudaranya lewat tiga hari" HR. Muslim.

Disini jelas bahwa kita dianjurkan sekali untuk saling menjaga dan menghargai antar sesama sebagai tanda kasih sayang yang mesti dihormati. Hal ini untuk menghindari berbagai keburukan serta dapat mengenal antar sesama untuk memperkuat dan menjaga tali persaudaraan. Dalam hadits Nabi saw.: "Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak bisa tidur) dan demam (panas dingin). HR. Muslim. Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi melalui Anas ra. Nabi bersabda : "Tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang", jadi jelas bahwa yang masuk surga itu hanyalah orang-orang yang mempunyai rasa kasih sayang yang tanpa dibarengi dengan niat-niat jelek.

Dengan datangnya Valentine's Day dikhawatirkan bagi kaum muda-mudi yang tidak mengerti akan mampu terjerumus dalam hal-hal negatif dengan mentafsirkan kasih sayang di hari yang special ini. Firman Allah swt.: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q.S. al-Israa':32), yakni perbuatan yang dilarang oleh agama baik secara terang-terangan maupun yang tersembunyi. Oleh karena itu kita mesti sadar apa arti yang sesungguhnya sebuah kasih sayang.

Selain itu pula dijelaskan dalam perkara mencintai seseorang tidaklah boleh untuk berlebihan yang akan mengakibatkan penyesalan dan sia-sia belaka, sebagai etika untuk seorang muslim Rasulullah saw. bersabda : "Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu." (H.R. Turmidzi) dan masih banyak lagi diantara hadits Nabi saw. yang menerangkan tentang kasih sayang yang membawa kebaikan bagi umat manusia. Dengan demikian marilah kita mencontoh budi pekerti Nabi besar Muhammad saw., yang berdasarkan al-Qur'an dan Hadits sebagai jalan untuk kebaikan untuk di dunia dan hari kemudian.
Dari : Hj. Lathifah Umar (Email : lathifah_umar@yahoo.com)

Jumat, Agustus 14, 2009

Indahnya Hidup Merdeka


Segala puji bagi Allah Yang Maha Agung, yang selalu ingin membahagiakan hamba-hamba-Nya, dengan menjadi pribadi yang bebas dari perbudakan hawa nafsu, perbudakan cinta dunia, atau perbudakan apapun yang akan merampas kemuliaan dan kebahagiaannya. Shalawat dan salam semoga tercurah bagi baginda Rasulullah saw yang hidupnya benar-benar merdeka dari perbudakan apapun, selain mulia menjadi hamba Allah semata. Saudara-saudaraku yang budiman, kita saksikan pula negeri kita yang pernah dijajah Belanda 350 tahun lamanya, lalu dilanjutkan oleh penjajahan Jepang. Hasilnya, walaupun kini kita sudah merdeka tapi kita tetap terpuruk dalam ujian yang seakan tiada akhirnya. Karena kendatipun bangsa kita telah merdeka, ternyata sebagian besar pemimpin dan rakyatnya—serta boleh jadi termasuk kita— masih dijajah oleh bentuk penjajahan yang lain, yang membuat hidup kita tidak bahagia, tidak merdeka dan tidak mulia.


Hidup yang merdeka adalah:
1. Tidak Disiksa oleh Banyaknya Keinginan

Memiliki keinginan adalah sesuatu yang sangat manusiawi, bahkan manusia bisa maju dan berprestasi karena keinginan. Tetapi, jikalau hidup diperbudak keinginan sampai terampas kebahagiaan, ibadah, waktu, pikiran, tenaga, bahkan biaya hanya untuk meladeni keinginan kita, dan keinginan tersebut nyata-nyata tidak membawa manfaat bagi kemuliaan dunia dan akhirat, berarti kita sudah dijajah oleh keinginan.


2. Bebas dari Perbudakan Nafsu

Nafsu adalah bagian dari karunia Allah yang melengkapi kehidupan kita menjadi bahagia bahkan mulia. Namun, nafsu harus terkendali. Terkendali dari nafsu amarah dan syahwat, insya Allah hidup ini lebih ringan dan bermartabat.


3. Tidak Diperbudak Asmara

Salah satu yang memperindah dan menghiasi hidup kita adalah cinta. Jatuh cinta ibarat memasuki sebuah pusaran air, kalau tidak hati-hati semakin cinta semakin membelenggu, semakin hanyut, berkurang rasa malu, dan membara nafsu yang akhirnya menyengsarakan dunia akhirat, kecuali cinta di jalan Allah.


4. Orang yang Jujur

Setiap kali berbohong maka bohong itu akan menjadi penjara bagi kita. Kita akan selalu was-was, takut diketahui kebohongan (kedustaan) kita yang mengharuskan kita berbuat bohong lanjutannya. Dan bohong itu pun tentu akan menjadi penjara baru. Demikianlah kurang lebih bagi orang-orang yang berdusta, berbohong atau tidak jujur dalam hal apapun. Oleh karena itu tidak akan merdeka orang-orang yang tidak menjaga dirinya dari kedustaan dan ketidakjujuran.

5. Orang yang Tawadhu

Rendah hati adalah kunci kebahagiaan. Semakin kita ingin dihargai, semakin ingin dihormati, semakin ingin dipuji, semakin ingin diperlakukan lebih, maka semakin sengsara hidup ini, karena kita semakin butuh kepada orang lain. Padahal orang lain belum tentu sesuai keinginannya dengan kita.


6. Orang yang Ikhlas

Ikhlas adalah kunci kemerdekaan hati. Orang-orang yang ria yang hidupnya tamak akan pujian akan menjadi korban mode dan korban jaman. Tetapi orang-orang yang ikhlas tidak pusing dengan dari penilaian manusia. Yang dia pikirkan adalah selalu memikirkan yang terbaik, dan puas dengan penilaian Allah Yang Maha Dekat serta ganjaran dari Allah yang melimpah dan tidak mengecewakan.


7. Orang yang Tawakal

Semakin banyak bergantung kepada sesuatu maka kita akan takut kehilangan sesuatu. Seperti orang yang bersandar di kursi akan takut kursinya diambil. Tetapi bergantung kepada Allah, itulah yang akan memuaskan karena Allah menggenggam segala yang kita butuhkan. Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginyajalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).(QS. Ath Thalaq ; 2-3) Sahabat-sahabatku yang budiman, untuk apa kita bergantung kepada manusia. Makhluk adalah lemah tiada daya dan tidak bisa memberi manfaat bagi kita tanpa izin Allah dan juga tidak bisa memberikan mudharat. Walau bergabung jin dan manusia akan berbuat sesuatu kepada kita tidak akan bisa menimbulkan mudharat kepada kita tanpa izin Allah. Marilah kita puaskan diri kita, ikhtiar kita, dan ketawakalan kita. Gigihnya ikhtiar jangan mencuri hati dari tawakal kepada Allah. Yakinnya kepada Allah jangan pernah mengurangi ikhtiar kita, itulah orang-orang yang akan menikmati kemerdekaan dalam hidup ini. Akhlaknya jadi mulia dan indah kalau setiap perilakunya bisa menjadi amal shaleh yang menjadi bekal kebahagiaan dunia dan menjadi bekal perjumpaan dengan Allah Azzawajalla.Sekali merdeka tetap merdeka. Sekali menjadi hamba Allah selama-lamanya hanyalah untuk mengabdi kepada Allah.
Wallahua’lam. -www.managemenqolbu.com-

Selasa, Juni 02, 2009

Profil


Selamat datang di personal website: cakshol.blogspot.com


Inilah "rumah maya" yang akan menjadi ruang bebas berkarya, menulis tentang apa saja.. sesuatu yang mungkin bermanfaat untuk sesama. Bukankah manusia terbaik adalah mereka yang "anfa'uhum linnas, bisa berguna untuk orang lain?".

Sholikin & Yus
Sholikin lahir di Lamongan, putra nomor 2 dari 3 bersaudara pasangan Bapak Kalis dan (alm) Ibu Tasih. Sekolah formal SD-SMA dilalui di kota kelahirannya, SMP Negeri 2 Lamongan dan SMA Negeri 2 Lamongan. Lulus SMA sempat kerja sesaat di Gresik, tapi keinginan untuk menuntut ilmu lebih besar, akhirnya kuliah di Jurusan Kependidikan Fisika ITS Surabaya dan menetap di Surabaya hingga kini.


Pernah bekerja sebagai pengajar di SMP Negeri 9 Samarinda sejak tahun 1994 hingga 2001, kemudian memutuskan pindah ke SMP Negeri 3 Gresik.


Istrinya, Yus, sejak kecil dibesarkan di Surabaya. Setamat SMA, Yus sempat kuliah di Fakultas Administrasi Negara di Unibraw Malang, tapi memutuskan untuk berhenti., lalu mendapatkan tawaran kerja di Perusahaan Chemical Industry di Surabaya dan dinikmatinya hingga sekarang.


Pasangan yang menikah sejak 1995 ini sekarang dikaruniai anak :

(1) Khansa Nabilah Noorshy (Aca, 27 Maret 1997)

(2) Abid Rahman Noorshy (Abid, 23 Januari 2006), meninggal sejak bayi.


Blog ini di samping berisi catatan tentang pekerjaan dan dakwah, juga merekam keseharian mereka membangun rumah tangga Islami. Targetnya bukan hanya menjadi keluarga samara (sakinah, mawaddah, dan rahmah), tetapi bisa menjadi model bagi siapa saja yang ingin membangun keluarga bahagia, di dunia dan akhirat.


Siapapun boleh mengutip atau menyebarkan tulisan-tulisan yang ada di blog ini dengan tanpa meminta ijin penulis. Anda hanya perlu mencantumkan link sumbernya, agar memudahkan pelacakan bagi orang yang ingin mengkonfirmasi secara langsung kepada penulis.